Indonesia, Tempat Aku Kembali
photo by: tempo.co.id
Korupsi; kacaunya pemerintahan; masalah RAS; terik matahari yang menyengat; transportasi; kesenjangan. Mungkin beberapa hal yang aku sebutkan tadi mempengaruhimu untuk berkhayal tinggal di negara lain yang lebih baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pemerintahan, maupun kesejahteraan masyarakatnya.
Pernahkah kalian bertanya kenapa Soekarno, Hatta, Habibie, Mohammad Natsir dan beberapa punggawa-punggawa bangsa lainnya memilih kembali ke ibu pertiwi, padahal dari masalah-masalah pelik negara kita kala itu bisa saja beliau-beliau ini memilih pindah kewarganegaraan dan menetap aman sentosa di negara yang lebih baik kesemuanya.
Kalau dikatakan tak ada pilihan? tentu saja ada. Mereka yang sudah terlatih hidup di luar negeri bisa saja berpindah kewarganegaraan, tentu dengan otak dan kinerja yang briliant akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak di negera maju makmur sejahtera selain Indonesia.
Apa yang membuat mereka kembali?
Mungkin bagi kalian yang sempat berpikir betapa indahnya bisa naik subway dengan biaya terjangkau dan jaringan yang mudah, bisa membeli minuman keras dengan harga terjangkau, memiliki layanan kesehatan yang canggih, menerima pendidikan yang berkualitas di negara maju, negara yang tertib, hingga pemenuhan kebutuhan dasar dan jaminan hari tua. Aduhai betapa amboinya tinggal di negara sedemikian rupa.
Sebelum Ismail Marzuki menciptakan lagu Indonesia Pusaka, apakah ada orang-orang yang benar-benar meresapi kalimat
"disana tempat lahir beta
dibuai dibesarkan bunda
tempat berlindung di hari tua
sampai akhir menutup mata"
Aku rasa di masa perjuangan dahulu, orang-orang hebat yang mungkin belum mengenal bahkan tahu lagu ini, sudah paham betul mengapa kita harus berlindung di hari tua, di tanah ibu pertiwi. Mengapa kita harus menutup mata dalam arti kembali kepada nusa bangsa. Orang-orang dengan jiwa patriot. Pahlawan yang tidak pernah disebut namanya dalam buku-buku sejarah maupun selembar mata uang Indonesia. Mereka yang mengerti tentang negeri surga itu.
Pantai Senggigi, Lombok
Namun, di negeriku itu aku dibesarkan. Pantai yang membentang bak jaring surga, ribuan kilometer penghasil biodiversitas tertinggi di bumi, tanah surga dengan puluhan gunung/pegunungan yang dapat menghasilkan padi-padi subur, keramahan manusia yang tak akan kau temukan di belahan bumi manapun, kearifan budaya yang selalu membuatmu berdecak kagum, dan kekayaan alam yang meskipun dikeruk, tetap saja menghasilkan hasil bumi yang seolah tak ada habisnya. Dari ujung pulau We sampai Merauke, tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak bisa menghidupimu tinggal di negeriku.
photo by: budhi-ipoeng
Semoga orang-orang hebat yang berpikir untuk meninggalkanmu kelak, dapat merasakan keindahan yang tiada duanya, bisa menjadi punggawa-punggawa untuk menjagamu dikemudian hari. Memperbaiki apa yang sudah banyak dirusak oleh orang-orang rakus dan tidak bertanggung jawab. Membuat Indonesia kita lebih baik dari hari ini.
Komentar
Posting Komentar