Interdimensional
Hari ini, 14 Agustus 2021.
Sudah lama aku tidak menulis di blogku sendiri, entah siapa yang mau membaca tentang keseharianku yang terasa membosankan. Kalau saat ini kamu tidak sengaja atau sengaja membacanya, kupikir kamu cukup spesial untuk mau mengenalku.
2 tahun kebelakang (dimana aku off untuk menulis) aku lebih mencari kesejatian diri yang belum kudapat dari internal diri. Ada bagian dariku yang muncul perlahan mempertanyakan tentang semua hal. Bukan hanya 1. Bahkan hal-hal diluar kemampuan dan pemahamanku selama ini. Aku memang tipe orang yang senang bertanya dan berdiskusi dengan diri sendiri, tapi ada beberapa part di hidupku yang tidak bisa kujawab sendiri. Untuk masalah spiritual, aku tidak memercayai manusia lain untuk bisa menjawab pertanyaanku. Seringnya berakhir dengan penegasan yang menurutku tidak membuatku puas dan mendapatkan inti dari sebuah jawaban. Dan aku tipe orang yang tidak ingin menyusahkan orang lain dengan pertanyaan-pertanyaan konyolku tentang hidup yang mereka lalui juga. Jawaban-jawaban seringnya kudapat dari hasil meditasi yang tidak sebentar (continue), serangkaian membaca buku, dan tentu saja alam.
Banyak hal menyakitkan pula yang aku temui selama 2 tahun ini. Tentang kebusukan, kebohongan, dan basa-basi antar manusia yang membuatku merasa njelei. Di level ujian memahami hal-hal seperti ini sudah pernah aku lewati sebelumnya, jadi aku biasa saja. Terutama di dunia kerja. Aku sama sekali tidak tertarik dengan jatuh-menjatuhkan dan hujat-menghujat untuk menyingkirkan sesama rekan tim. Bagiku hal-hal seperti itu lebih terkesan konyol. Semakin hari semakin aku meyakini untuk jangan percaya pada manusia apapun bentuknya. Dan ini cukup menjadi prinsip penting ketika kamu menjadi manusia (terutama di Indonesia). Tertawa, bersedih, berdiskusi antar manusia sewajarnya saja dan tetaplah merasa kita tidak sespesial itu di mata orang lain. Metode ini cukup ampuh bagiku sejak 2017.
Deep level pehamanku sekarang lebih ke dunia antar dimensi. Mungkin kalimat ini akan aneh bagimu yang membacanya. Ya, aku lebih senang berdiskusi dengan diri sendiri tentang kehidupan linear dari beberapa buku dan teori yang aku pelajari. Asal muasal yang sebenarnya membuatku bertanya tentang ini karena banyak hal yang diciptakan manusia sendiri dan berakhir menjadi patokan bagi manusia lain. Dan dewasa ini, semakin kita tahu beberapa hal-hal yang dulunya fantastis (bagiku) ternyata hanya bualan antar manusia. Sebagai contoh: Kita semua terinspirasi oleh Thomas Alva Edison yang membuat lampu pijar hingga percobaan ratusan kali. Faktanya, dia bukan pembuat lampu pijar. Dia mematenkan karya Joseph Wilson Swan. Sebuah harapan palsu bagiku dulu yang sangat senang "dibohongi" berakhir mengoleksi buku-buku komik tentang Edison.
Sebelum aku berada pada level pertanyaan tentang "dunia lain", aku sudah melalui pertanyaan tentang energi. Bahwa jika betul energi tidak dapat dimusnahkan, tapi dia berubah ke bentuk yang lain.. maka, hukum reinkarnasi itu memang ada. Untuk hal ini aku belajar pemahaman dari Bhikkhu Panavaro, Bunda Arsaningsih dan Bhikkhu Uttamo melalui banyak ceramahnya, lalu aku sambungkan dari buku-buku teori fisika kuantum atau biasa disebut fisika modern.
Banyak hal yang masih menjadi pertanyaanku tentang waktu. Ada pemahaman mengenai single linearitas maupun multiple linearitas, sampai sini aku masih berproses dan belum bisa menjawab. Kalau sudah buntu biasanya aku mendengarkan musik saja, karena belum diberi pencerahan oleh Yang Maha Esa. Hehehe. Musikku berakhir di lirik coldplay "Coloratura"
And up there in the heavens
Galileo saw reflections of us too
Seketika, aku memutarnya berulang-ulang. Kenapa Christ Martin dan kawan-kawan menuliskan syair ini? Dan bagiku lagu ini bukan hanya sekedar judul "Coloratura" saja yang beraliran seperti Barok dan Lexicon. Entah aku yang kePDan mungkin, tapi pemikiranku pun hampir mirip dengan Christ Martin dkk kenapa Galileo sampai dipenjara oleh Gereja Katolik Roma hingga akhir hidupnya. Karena Galileo mengetahui apa yang belum manusia ketahui saat itu. Dan dari lirik ini, Coldplay seakan menegaskan kita, hari ini, saat ini, detik ini masih belum mengetahui lebih dari Galileo. Kita searah linear dengan Galileo dan orang-orang sebelum kita yang melihat dari kejauhan dan (mungkin) membiarkan orang-orang sepertiku tenggelam dalam kode-kode mereka.
Jika waktu linear, maka kejadian yang kita lakukan sekarang sebenarnya sudah terjadi, perasaan, peristiwa, hal-hal kecil pun sudah terjadi. Tapi, kita mengulang-ulanginya lagi karena yah.. itu tadi waktu is unlimited. Tapi lagi, jika seperti ini akan menyalahi hukum karma energi dan reinkarnasi yang kutulis diatas. Jadi, beberapa orang kunci "pada masanya" sebenarnya sudah tahu tentang ini seperti Da Vinci dan Galileo tadi. Makanya mereka hanya ketawa-ketawa saja dari dimensi sana lihat tingkah polah kita yang berebut harta dan kekuasaan.. wkwk. Tapi lagi dan lagi, ini masih belum terjawab. Aku masih membuat hipotesa abal-abal tentang pertanyaanku yang ini. Tapi kusimpan sendiri saja, daripada kaget kalau aku tuliskan.
Tulis sendiri dan kaget sendiri. Itulah diriku :)
Komentar
Posting Komentar