Jilbab, Pilihan atau Kewajiban?
Sumber: Wonder Woman, 2016
Sebelum kamu membaca tulisanku kali ini ijinkan aku meminta maaf terlebih dahulu apabila sekiranya pemahamanku dan persepsiku tidak sejalan dengan apa yang kamu yakini. Baiklah. Here we go.
Beberapa hari belakangan banyak teman-temanku dari Amerika dan Afrika menanyakan tentang kenapa wanita islam di Indonesia harus memakai jilbab atau penutup kepala saat mereka keluar. Kenapa ada yang memakai jilbab ada juga yang tidak memakainya, padahal mereka sama-sama islam. Mereka pernah melihat beberapa wanita arab yang menutup tubuhnya dengan burka hingga hanya terlihat matanya, kenapa wanita di Indonesia tidak seperti itu? Bahkan selain hijab kadang wanita Indonesia juga memakai celana jeans dan baju normal pada umumnya.
Banyak sekali pertanyaan yang datang kepadaku dari teman-temanku disini, dan tentu saja karena aku bukan seorang ustadzah atau anak ustad atau paham betul tentang islam. Aku hanya menjawab dengan apa yang jadi perspektifku saja. Karena aku islam karena bapak ibuku islam, tentu saja aku bukan manusia yang berani mencoba-coba merasakan agama lain, yang ada aku dihujat, dilaknat, dicaci maki oleh sanak kolega teman dan handai tolan, bukan begitu? Lha wong ada teman saya yang dulunya berjilbab terus buka jilbab saja banyak dinyinyir karena keputusannya, kan kasihan. Padahal belum tentu yang nyinyir itu lebih baik dari yang dinyinyirin. Hanya Tuhan kan yang tau?
Bagiku, kenapa wanita islam harus berjilbab karena 1. Di Alquran memang disuruh seperti itu; otomatis kita harus melaksanakannya. Tapi, dengan dalil seperti ini bukan lantas kalian akan menyinyir, mencela dan menghina wanita yang tidak berjilbab. Oke, dengan permisalan wanita tersebut tahu kenapa harus berjilbab, namun dia merasa tidak nyaman atau memiliki alasan tertentu untuk tidak berjilbab. Bagiku its NORMAL, wanita selalu ingin terlihat cantik karena memang sudah naluriahnya (dengan jilbab maupun tanpa jilbab). Yang bagiku tidak normal adalah manusia-manusia yang membicarakan dan menyinyirnya di belakang. Kenapa mudah sekali judge the people by their cover? Bahkan sampai ada yang dibilang kafir.. ckckck sebegitukah engkau menghakimi saudaramu?
Alasan ke-2. Karena tuntutan keluarga; 3. Karena keinginan; 4. Karena teman-teman lain juga berjilbab.
Alasan ke-2. Karena tuntutan keluarga; 3. Karena keinginan; 4. Karena teman-teman lain juga berjilbab.
Indonesia berawal bukan hanya dari Islam yang masuk melalui perdagangan bangsa gujarat, arab dan persia saja. Jauh-jauh-jauh sebelum itu terdapat kerajaan-kerajaan hebat yang mayoritas agamanya hindu, budha dan animisme/dinamisme. Islam yang masuk ke Indonesia adalah akulturasi dari budaya arab yang menyatu dengan kultur dari pengaruh agama-agama tersebut. Dahulu, wanita di Indonesia tidak pakai jilbab lho tapi masih pakai kemben yang kelihatan leher dan tangannya, padahal wanita-wanita tersebut juga islam.
Masuk periode kemerdekaan, ibu fatmawati, ibu tien soeharto, ibu ainun, dan lain-lain. Beliau-beliau ini juga menampakan rambutnya. Tapi,mereka tidak dihina apalagi dibicarakan dibelakang bukan? Malah merekalah tokoh inspirasi untuk kaum wanita Indonesia sekarang.
Lalu, sekarang kenapa kita sering menghakimi wanita hanya karena apa yang dia kenakan? Selagi itu sopan dan tidak mengundang nafsu apakah salah?
Masuk periode kemerdekaan, ibu fatmawati, ibu tien soeharto, ibu ainun, dan lain-lain. Beliau-beliau ini juga menampakan rambutnya. Tapi,mereka tidak dihina apalagi dibicarakan dibelakang bukan? Malah merekalah tokoh inspirasi untuk kaum wanita Indonesia sekarang.
Lalu, sekarang kenapa kita sering menghakimi wanita hanya karena apa yang dia kenakan? Selagi itu sopan dan tidak mengundang nafsu apakah salah?
Mungkin perspektifku lebih melihat pada sisi humanistik kita sebagai manusia. Manusia memiliki hubungan vertikal dan horisontal yang secara tidak langsung dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Antara manusia satu dengan manusia lain memiliki hubungan timbal balik yang saya ibaratkan dengan 1 warna dominan (merah contohnya). Kemudian, hubungan antara manusia satu dengan Tuhan seperti garis vertikal, setiap manusia memiliki warnanya masing-masing (bisa biru, abu-abu, pink, kuning dll). Kenapa saya bisa bilang begitu? Karena sebenar-benarnya kita tidak akan pernah tahu apa yang orang lain kadang didiskusikan dengan Tuhannya, apa perspektifnya tentang Tuhannya, apa yang selalu dikeluhkesahkan, didoakan, diminta, disebut, diharapkan, dan semua hubungan timbal balik vertikal yang bahkan ahli cenayang handal pun tidak bisa mengetahuinya. Hanya Tuhan dan manusia itu yang mengetahui.
Ketika manusia lain ingin mencampuri hubungan vertikal antara manusia satu dengan Tuhannya, itu sudah bukan ranahnya lagi alias sudah terlalu ikut campur.
Ketika manusia lain ingin mencampuri hubungan vertikal antara manusia satu dengan Tuhannya, itu sudah bukan ranahnya lagi alias sudah terlalu ikut campur.
Realitas sekarang, banyak sekali manusia-manusia yang mengatasnamakan Tuhan dengan mudah menghina dan mencemooh apa yang menjadi keputusan orang lain, salah satunya bagi wanita dengan bejilbab atau tidak tersebut.
"Lah kan diatas sudah dijelaskan kewajiban dalam al-Quran" mungkin seperti itu salah satu kritikan yang akan terlontar.
Manusia diberikan berkah untuk menetap dibumi dengan berbagai pilihan di hidupnya. Bagiku, Tuhan sudah memiliki rencana besar terhadap kita yang kita pun belum tahu. Untuk mencapainya, kita harus step by step di setiap decision yang diberikan. Mungkin dengan kita merasa bahagia, nyaman, dan senang menjalani hidup sesuai apa yang kita pilih, bagiku tidak masalah. Dan aku kira Tuhan pun menginginkan demikian; bahagia hidup di buminya. Karena saat kita bahagia, kita akan memelihara, kemudian akan menjaga, dan mungkin itulah yang Tuhan harapkan untuk kehidupan kita.
Bukan saling mencela dengan keputusan manusia lain.
"Lah kan diatas sudah dijelaskan kewajiban dalam al-Quran" mungkin seperti itu salah satu kritikan yang akan terlontar.
Manusia diberikan berkah untuk menetap dibumi dengan berbagai pilihan di hidupnya. Bagiku, Tuhan sudah memiliki rencana besar terhadap kita yang kita pun belum tahu. Untuk mencapainya, kita harus step by step di setiap decision yang diberikan. Mungkin dengan kita merasa bahagia, nyaman, dan senang menjalani hidup sesuai apa yang kita pilih, bagiku tidak masalah. Dan aku kira Tuhan pun menginginkan demikian; bahagia hidup di buminya. Karena saat kita bahagia, kita akan memelihara, kemudian akan menjaga, dan mungkin itulah yang Tuhan harapkan untuk kehidupan kita.
Bukan saling mencela dengan keputusan manusia lain.
Jangan saling menyamakan karena kita tidak diciptakan seragam. Jangan saling menghakimi karena yang diAtas pun malah menutupkan aib kita. Kita ini adalah warna warni di bumi, ketika bagimu putih itu favorit, tidak semua orang juga harus memfavoritkannya. Ketika kamu suka bersorban, belum tentu orang lain nyaman.
Kalau suatu hal itu memang kewajiban, maka biarkan orang lain menjalankan kewajibannya sesuai dengan warna yang ingin dilukiskannya untuk Tuhan.
Kalau suatu hal itu memang kewajiban, maka biarkan orang lain menjalankan kewajibannya sesuai dengan warna yang ingin dilukiskannya untuk Tuhan.
Komentar
Posting Komentar