Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Doktrin Diri

Gambar
Kesadaran paling mendasar dari seorang manusia yang haqiqi adalah CUKUP menerima takdirnya menjadi dirinya sendiri. Sebuah kalimat yang nantinya akan merefleksikan apa yang ingin kamu lakukan di masa depan, apa yang mempengaruhi sikap-sikapmu dalam pengambilan keputusan, dan mungkin memberikan rangsangan pada syarafmu untuk melakukan suatu tindakan. Doktrin diri tentang hitam-putih, boleh-tidak, melanjutkan-berhenti, salah-benar memiliki tingkat subjektifitas yang tinggi. Kadang mengesampingkan logika untuk menilai suatu tindakan lebih didasarkan pengaruh lingkungan sekitar dan citra kita terhadap pandangan orang lain. Apabila saya balikan pada kalimat awal diatas, seharusnya kita cukup tau bahwa setiap manusia itu terlahir unik. Bahkan individu dengan genetik yang hampir sama pun pasti sepenuhnya berbeda.   Tidak ada yang sangat-sangat salah dalam suatu kebenaran dan tidak ada yang sangat-sangat benar dalam suatu kesalahan. Realitas kekinian, kita sering lupa menjadi dir

Lebaran

Gambar
Apa yang kadang mejadikanmu memaknai lebaran berbeda dengan hari-hari lainnya? Apa karena di hari itu hari pertama setelah 30 hari berjuang menahan keinginan untuk minum es degan dan bakso di siang hari? Hari dimana lapangan terisi oleh orang-orang dengan baju masih berbau toko dan sepatu yang belum tersentuh lumpur. Hari dimana jalan-jalan sekitar masjid akan berubah menjadi tumpukan sampah sisa mercon. Hari dimana kita bisa menghabiskan APAPUN! Roti, camilan, makan besar, bahkan sekalipun kamu mau makan petasan di mulutmu pun tidak masalah. Hari dimana kita akan meminta maaf kepada sanak saudara yang mungkin hanya bisa bertemu 1 tahun sekali, iya di hari itu. Dan kitalah yang mengalah meminta maaf dari dosa yang entah kita lakukan atau tidak. Yang penting kan minta maaf. Atau hari dimana saat kita akan mendengarkan kehebatan dari anak-anak-nya, sepupu-nya, kemenakan-nya, atau apapun yang kita sebut itu dalam keluarga. Seperti contoh “anakku yang ini lho,