Doktrin Diri


Kesadaran paling mendasar dari seorang manusia yang haqiqi adalah CUKUP menerima takdirnya menjadi dirinya sendiri.
Sebuah kalimat yang nantinya akan merefleksikan apa yang ingin kamu lakukan di masa depan, apa yang mempengaruhi sikap-sikapmu dalam pengambilan keputusan, dan mungkin memberikan rangsangan pada syarafmu untuk melakukan suatu tindakan.

Doktrin diri tentang hitam-putih, boleh-tidak, melanjutkan-berhenti, salah-benar memiliki tingkat subjektifitas
yang tinggi. Kadang mengesampingkan logika untuk menilai suatu tindakan lebih didasarkan pengaruh lingkungan sekitar dan citra kita terhadap pandangan orang lain.

Apabila saya balikan pada kalimat awal diatas, seharusnya kita cukup tau bahwa setiap manusia itu terlahir unik. Bahkan individu dengan genetik yang hampir sama pun pasti sepenuhnya berbeda. 

Tidak ada yang sangat-sangat salah dalam suatu kebenaran dan tidak ada yang sangat-sangat benar dalam suatu kesalahan.

Realitas kekinian, kita sering lupa menjadi diri kita sendiri. Meniru sikap orang. Berpura-pura mengikuti alur representatif. Mudah menilai suatu sikap yang tidak diketahui hal ihwal akarnya. Deskriminatif pada individu yang dianggap tak sinkron dengan pemikiran sosial.
Ketika semua manusia bersedia menerima takdirnya menjadi salah satu individu yang ditugaskan Tuhan dimuka bumi, itu akan lebih bijak. Dia akan mengerti batasan bagaimana harus bersikap dan bersubjektifitas tanpa mengesampingkan nilai-nilai logika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DenoSa ~ Dewi Novita Sari

You Can Call Me Anything You Want

Welcome to Poland!