You Can Call Me Anything You Want

Sudah lama tidak menulis.

Redup surya mataku beberapa tahun belakangan.

Mencoba dan mencoba lagi menguntai kalimat dalam pecahan roh yang menjadi jiwa dan terperangkap dalam tubuh bernama Dewi Novita Sari ini.

Sungguh aku rindu menulis tentang apapun yang kusukai. Favoritku masih tentang Tuhan.

Menulis kini kadang menjemukan. Sebatas 2 dimensi yang terstruktur dengan jurnal ilmiah dan scientifik. Harus ada pembuktian. Harus ada ide. Harus ada Scopus blah blah blah..

Sungguh kurindu menulis dengan pola-pola abstrak semesta yang sering kujumpai belakangan ini.

Malam ini aku memandang langit abu-abu Solo.

Tak ada bintang.

Getir.

Apakah ini hidup yang aku impikan sejak dulu? sebatas bangun dengan penuh keterpaksaan.

Jika dipikir kebelakang, sangat naif hidupku ini. 

Sebenarnya dulu Tuhan memberiku kesempatan, untuk pergi.

Tapi, aku memilih kembali kepelukan yang kuanggap rumah. 

Aku menangis sejadi-jadinya.

Aku ingin punya mesin waktu, entah untuk kembali atau untuk kemasa depan.

Dan pergi.

Tentunya tidak ingin kembali pulang.

Untuk beberapa manusia yang terbangun jiwanya (sepertiku) semakin hari, semakin berat untuk menjalani misi di dunia. 

Kadang di bulan purnama tertentu, badanku akan merasakan meriang tidak karuan. Ya, tanpa sebab.

Kadang di bulan purnama yang lain, badanku akan merasa seringan-ringannya badan. Ya, tanpa sebab.

Aku seperti tidak cocok berada disini.

Selalu kupendam dan bertingkah seperti manusia pada umumnya.

Banyak hal terjadi padaku, yang aku pun tak mengerti. Banyak perasaan datang, yang aku pun juga tak mengerti. 

...dan aku tetap menangis...

Tuhan, apa aku berada di tempat yang memang bukan untukku?

Banyak yang tidak menyukai keberadaanku.

Sekalipun aku diam. 

Kadang aku bisa mencium bau busuk hati manusia di dekatku. Rasanya sungguh memuakkan. 

Bahkan untuk yang tidak tersembunyi, sehingga tampaklah muka kebusukannya.

Sudah kuulang-ulang musik Saudade, Jakarta-Jakarta, Semesta, Apatis, Keep it up hingga Somewhere Only We Know.

Semua lagu yang menenangkanku dan memberiku secercah keringanan batin.

...dan aku pun masih tetap menangis...

Oh Tuhan apa yang bisa kulakukan?

Kapan saatnya tiba Tuhan?

Aku menunggu sudah cukup lama bukan?

Jangan biarkan hatiku membencimu! Kumohon!

Kukeraskan volume Youtube Musiku, hingga pekak sampai ke gendang telinga.

Tiba-tiba muncul lagu bukan dari playlistku. 


Trails of smoke trapped in a two by two

Wasting the night feels right when I'm with you

It's the shimmer in your eyes

And the way you let down your disguise

I feel like I've known you for ages

I feel like with you I'm going places

Ahh, ahh

The same song on repeat

"You can call me anything you want"

It's fine by me


Terbelalak mataku beberapa saat. Nafasku sedikit terhenti. Hanya air mataku yang tak bisa kutahan.

Sungguh lagu ini yang belum pernah kudengar, meresap kejiwaku. 

Diam.

Kuulang lagi dan lagi.

Yah.. Tuhan selalu ada saat aku membutuhkannya. 

Dia seperti tertawa melihatku yang cengeng ini.

Malu.

Kupikir liriknya mengenai anak muda yang kecanduan cinta bukan?

Tapi, kenapa ketika lagu ini "mendatangiku" diwaktu aku memikirkan Tuhan?

Atau mungkin liriknya menggambarkan diriku yang terlalu berharap padaNYA.

Bagaimana jika Tuhan sengaja mengirim lagu ini agar aku bisa tidur dengan senyum bukan tangisan?

Dia tahu hidupku penuh luka, tertatih-tatih dibuang oleh kenyataan hidupku yang pahit.

Tidak semua orang ingin mendengar dan berbagi sapu tangannya.

Tuhan selalu memandangku sebagai manusia yang memiliki perasaan ketika dihina.

Dia bekerja dengan cara yang tidak pernah kuduga.

Sekalipun bukan sapu tangan yang nyata didepanku. Dia melindungiku dari segala arahNYA.

Memelukku dengan kasih sayang, mungkin kadang Dia menyelimutiku saat salju datang di tengah malam di hatiku seperti ini. Meskipun aku tidak tahu.

Pelukan yang tidak akan aku temukan dari manusia lainnya, selain nenekku yang sudah tiada.

22.27 kuhapus air mataku.

Aku betul-betul tersenyum :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DenoSa ~ Dewi Novita Sari

Welcome to Poland!